GAWA
KENYALANG
A. PENDAHULUAN
Gawa Kenyalang adalah salah satu upacara
adat terbesar pada suku bangsa Dayak Iban yang penuh dengan ritual. Gawa
Kenyalang hanya diadakan oleh sesorang karena suruhan atau permintaan roh yang
ada di alam gaib karena adanya suatu ilham, atau tanda-tanda dan atau pesan antara
lain melalui mimpi, yang bisanya sangat
tegas dikatakan bahwa yang bersangkutan harus gawa Kenyalang jika ingin, selamat, ingin sukses, ingin
sehat, ingin panjang umur.
Sehingga oleh karenanya tidak jarang orang
yang diamanahkan untuk gawa Kenyalang harus nekad, malaksanakan gawa atau tidak
gawa. Namun sebaliknya tidak sedikit pula adalah keluarga yang nekad, secara
gotong royong mendorong orang yang dapat amanah tersebut harus melaksanakan
gawa Kenyalang sebagai suatu keharusan.
Gawa kenyalang bukanlah datang dari dunia
nyata tetepi sebaliknya gawa Kenyalang adalah berasal dari dunia gaib dari seorang
dewa yang dikenal dengan nama Sengalang Burung di dunia Kahayangan. Sementara
di dunia nyata Sengalang Burung dikenal
sebagai seekor burung jenis burung enggang yang paling besar, yang hidup dan
menjadi raja dari segala burung.
Mengenai asal usul gawa kenyalang ada
beberapa versi, oleh karena itu, demi untuk lebih memudahkan pembaca memahami,
penulis mengambil beberapa cerita atau legenda tentang asal usul gawa kenyalang
dimaksud antara lain, legenda buntak aloi dan buntak rusa, cerita yang berasal
dari legenda Sengalang Burung dan cerita para terutama para lemambang.
B. LEGENDA BUNTAK
ALOI DAN BUNTAK RUSA
Menurut kepercayaan orang Iban dunia
khayangan Panggau Libau adalah tempat yang terkenal dimana penghuninya selalu
berkelimpahan dan gembira. Diantara banyak penghuninya adalah Keling dengan
jejeluk atau gelar Gerasi Nading dan
Laja dengan jejuluk atau gelar Tampak
Mua, yang di junjung tinggi dan tinggal di Panggau Libau.
Suatu hari, saat masa muda mereka, Keling
dan Laja memutuskan untuk mengunjungi rumah panjang para dewa yang dikenal
dengan nama Gelong Batu Nakong, Nyengit
Nyengong Batu Begalang, dengan tujuan untuk menemui dua orang gadis yang
cantik bernama Kumang dan Lulong. Kedua mengenakan pakaian perang mereka yang
terbaik. Mereka mengenakan hias kepala yang dipenuhi dengan banyak
ukiran-ukiran yang indah, juga termasuk pakaian subak yang motifnya menyerupai kulit biji kepayang, serta mempersenjatai diri dengan pedang dan perisai.
Setelah menyelesaikan persiapan-persiapan
yang diperlukan, Keling dan Laja membuka pintu bilik rumah panjang yang terbuat
dari akar pohon tapang. Kemudian
mereka berjalan menyusuri rumah betang, menuruni tangga sambil memegang tangan
tangga yang terbuat dari kayu purang.
Keling dan Laja menyeberangi jembatan yang seakan tiada berujung, kemudian
berjalan melalui belukar sabang seluang (sejenis tanaman yang biasa digunakan oleh
orang Iban dalam ritual-ritual adat). Bilamana terasa tubuh mereka oleng ke
kanan karena kelelahan, mereka menopang
tubuh dengan bantuan sumpit yang terbuat dari kayu tapang, dan bila tubuh terasa oleng ke kiri mereka menahan badan
dengan berpegangan pada hulu pedang yang terbuat dari tanduk rusa. Mereka
berjalan dengan kencang, secepat anak sumpitan dan terbang seperti kupu-kupu
sampai akhirnya mencapai sebuah lorong yang sunyi.
Setibanya mereka di tempat yang penuh
dengan air, Keling dan Laja bahkan tidak berhenti untuk menyelam. Mereka
menyeberangi air terjun yang keruh, yang curahannya berbunyi seperti bunyi
gong-gong kecil. Mereka berjalan begitu cepat sehingga akar-akar tercabut,
dedaunan terbang dan berhamburan kesana-sini, dan akar pepohonan besar pecah. Dengan
lompatan-lompatan, kedua prajurit muda
ini melangkahi pohon empili,
yaitu pohon yang buahnya sangat disukai babi hutan, dan tempat itu pula para
pemburu mendapat babi hutan, yang biasanya ditangkap dan atau ditombak kemudian
dagingnya mereka panggang untuk dimakan.
Serta disini pula mereka menyaksikan
keajaiban, diamana seekor babi hutan yang telah lama mati, tiba-tiba hidup
kembali dan sedang mengais-ngais tanah. Keling dan Laja juga melewati hamparan
tanah yang datar yang ditumbuhi oleh ijok
(enau). Disinilah tempat daging-daging rusa diasapkan. Walaupun rusa itu telah
lama mati, mereka melihat rusa itu kembali hidup dan sedang menggapai-gapai
buah pohon buhan.
Tak berapa lama Keling dan Laja melintasi
bukit yang dipenuhi pohon ridan yaitu salak
hutan, itu adalah tempat dimana daging-daging rusa biasanya diawetkan.
Disini hal-hal aneh terjadi, meskipun rusa itu telah dipotong-potong, secara
ajaib ia hidup dan melompat lalu pergi.
Menjelang tengah hari, Keling dan Laja
mendengar suara orang dan kokok ayam jantan dari tempat yang bernama Gelong Batu Nakong, Nyengit Nyengong Batu
Begalang, lalu berkatalah Keling kepada Laja, katanya: “Mari kita menyamar
sebagai orang tua”,dan Lajapun menjawab, katanya: “Aku akan mengikuti
perkataanmu, Buat”, jawab Laja. Buat
adalah emperian atau nama samaran
bersama Keling dan Laja.
Kemudia mereka melangkah menuju pohon jelutong yang ada disebelah pohon pelai, melukai kedua pohon tersebut,
kemudian memoles muka mereka dengan getahnya sehingga membuat muka mereka
kelihatan keriput dan jelek.
“Kutil-kutil tumbuh dimuka mereka!”, kata
orang-orang yang melihat Keling dan Laja. Ada
yang melihat seperti bekas kudis yang
menyerupai sayap-sayap serangga. Nanah mengalir dari hidung dan gigi mereka ada
yang patah dan ada yang runcing, begitu pula dengan keringat mereka berbau
busuk.
Ketika mereka tiba di tempat pemandian
rumah panjang Gelong Batu Nakong, Nyengit
Nyengong Batu Begalang, orang–orang yang sedang mandi menjauh dari Keling
dan Laja.
“Sungguh jelek rupa mereka, lihatlah
luka-luka yang ada disekitar tubuh mereka,” kata orang-orang yang ada disana.
Sungguh demikian ada pula yang
mengundang Keling dan Laja untuk mandi di sungai itu. Sementara ada yang
hanya diam, khawatir Keling dan Laja akan bergabung dan mandi di dekat mereka.
Namun Keling dan Laja menolak ajakan untuk mandi disana dengan alasan kurang
begitu sehat.
Setibanya mereka di rumah panjang, Keling
dan Laja langsung menuju bilik Ngelai. Dia terkenal di Gelong Batu Nakong Nyengit Nyengong Batu Begalang, sebagai
orang yang baik budi terhadap semua orang tanpa melihat rupa atau asal-usul
orang. Keling memperkenalkan diri sebagai ‘Buntak Aloi’ dan Laja sebagai
‘Buntak Rusa’.
Suatu hari, baik Keling maupun Laja
diminta oleh Ngelai untuk menjaga padi yang sedang dijemur. Namun kedua orang
tua itu hanya melihat-lihat padi yang dijemur dan membiarkan ayam-ayam
berlarian dan memakan padi-padi itu.
Ketika Ngelai kembali, dia melihat
ayam-ayam sedang mematuk-matuk padi-padi itu. “Aduh, kenapa kalian tidak
mengusir ayam-ayam itu?”, seru Ngelai. “Mereka akan menghabiskan padi-padi ini
kalau dibiarkan saja, kalian harus memukul ayam-ayam itu agar mereka pergi”.
“Oh, begitu ya caranya?” tanya Keling.
Kemudian mereka mulai memukuli ayam-ayam itu, sampai banyak dari mereka yang
mati. Yang hidup banyak yang mengalami patah kaki atau sayapnya. Ayam-ayam yang
mati berhamburan kesana kemari.
Memiliki firasat yang tidak enak, Ngelai
kembali ke tempat dimana padi-padi dijemur. “Oh, sekarang banyak ayam-ayam yang
mati di bunuh oleh mereka, kedua orang tua ini memang aneh”.
Melihat itu, isteri Ngelai berkata,”
Kalian tidak perlu memukuli ayam-ayam itu, cukup diusir saja”. “Oh, begitukah
caranya, sepupuku Ngelai, tetapi tadi engkau suruh kami untuk memukuli
ayam-ayam itu”, jawab Laja.
Selama mereka di Gelong Batu Nakong, Nyengit Nyengong Batu Begalang, Keling dan Laja
ngayap atau berpacaran setiap malam
dengan gadis dirumah pajang tersbut, dimana ‘Buntak Aloi’ atau Keling merayu
Kumang, sementara ‘Buntak Rusa’ atau Laja merayu Lulong. Ketika mereka
mengunjungi gadis-gadis itu, topeng yang membuat muka mereka terlihat tua dan
jelek, mereka buka dan dititipkan kepada seorang budak perempuan yang bernama Indai Lipai. Tanpa topeng keduanya
tampak tampan dan berwibawa, sebagaimana
aslinya.
Sebelum Keling dan Laja tiba di Gelong Batu Nakong, Nyengit Nyengong Batu
Begalang, Kumang biasanya dipacari oleh Gelayan Ragak Riang. Pemuda Gelayan
sendiri juga berasal dari Gelong Batu
Nakong, Nyengit Nyengong Batu Begalang. Walaupun Gelayan gagah dan tampan,
namun tak sebanding dengan Keling dan Laja.
Keling dan Laja secara tetap ngayap atau berpacaran dengan Kumang dan
Lulong. Suatu ketika Kumang menghadiahi Keling sebuah cincin sebagai tanda cintanya. Secara tidak langsung
pula ia ingin mengetahui identitas sesungguhnya dari pemuda yang melamarnya
ini. Ketika Keling kembali kerumah Ngelai, dia secara diam-diam memasukkan
cincin pemberian Kumang itu kejari Ngelai saat ia sedang tertidur. Maka,
sewaktu Ngelai bangun dari tidurnya, ia sangat heran melihat ada cincin di
jarinya. Ia bertambah marah ketika cincin itu tak dapat dilepas dari jarinya.
Cincin itu terlihat longgar ketika dikenakan, namun tiba-tiba menjadi sempit
ketika hendak di buka.
Pada saat Kumang mengetahui kalau cincin
itu ada di jari Ngelai, Kumang menyangka bahwa Ngelailah yang selama ini
memacarinya. Tapi dia tidak yakin Ngelai akan membuat lelucon seperti ini.
Setiap pagi Kumang memeriksa setiap persimpangan didekat rumah panjangnya,
untuk mencari jejak dari pemujanya. Ia kemudian menemukan jalan setapak yang
tertutup oleh sarang laba-laba, namun ini sama keadaannya dengan jalan setapak
yang lain. Ia begitu kebingungan dan penasaran untuk mencari tahu siapa pemuja
dirinya. Sebaliknya, Lulong melalui kekuatan magicnya, mengetahui siapa pemuja
rahasianya. Akan tetapi dia tidak mau memberitahukan kepada Kumang saat itu.
Setelah Keling dan Laja tinggal untuk waktu
yang cukup lama di Gelong Batu Nakong,
Nyengit Nyengong Batu Begalang, maka orang tua-tua memutuskan untuk
mengadakan perayaan Gawai Kenyalang.
Sebulan sebelum perayaan, orang-orang mulai mengukir patung burung enggang dari
kayu. Setiap keluarga harus membuat satu untuk acara tersebut.
Tiap-tiap patung kayu dari burung enggang
harus diukir secara teliti. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan dan
keahlian untuk mengukir harus mencari bantuan dari orang yang lebih mahir.
Inilah yang menyebabkan Kumang dan Lulong meminta bantuan Buntak Aloi dan
Buntak Rusa membuatkan patung burung enggang untuk keluarga mereka.
Sekitar lima hari sebelum perayaan dimulai, setiap
ukiran patung burung enggang telah selesai dan ditempatkan diatas ngampan tikar
(tikae sanjan enseluai) yang terbuat dari bemban. Kemudian di pajang di ruang
khusus, setiap ukiran tampak bagus dan
sangat indah, terutama yang diukir oleh Gelayan Ragak Riang. Gelayan
ditunjuk untuk membuat patung enggang yang nantinya akan ditempatkan ditiang
sanding yaitu dipuncak tiang yang tinggi, pada perayaan Gawai Kenyalang.
Gelayan sesumbar dia adalah seorang pengukir yang ahli, dan mampu membuat berbagai
bentuk kerajinan tangan. Dia mencemooh patung-patung enggang yang dibuat oleh
Buntak Aloi dan Buntak Rusa. Sekalipun kepunyaan mereka juga dibolehkan untuk
diletakkan diatas ngampan dan ditutup pua
umbo atau kain tenun, namun Gelayan beranggapan hasilnya pasti tidak
selesai. Seseorang bahkan berkata bahwa ukiran patung itu seperti wajah si pengukir.
Hari besar yang dinanti-nantikan tiba
juga, para pengukir dipersilahkan untuk memamerkan hasil karya masing-masing.
Orang yang terakhir mempertunjukkan hasil ukiran burung enggang sebelum Gelayan
adalah Buntak Aloi dan Buntak Rusa. Orang-orang mendekat dan berkumpul persis
ketika Buntak Aloi dan Buntak Rusa akan memperlihatkan hasil karya mereka.
Tujuan sebenarnya bukan untuk melihat hasil karya mereka, namun lebih bermaksud
untuk memperolok-olokkan kedua ‘orang tua
asing’ tersebut.
Sungguh aneh, begitu Buntak Rusa membuka
selubung karya ukirannya, patung burung enggang itu tiba-tiba terbang. Hal yang
sama terjadi pada patung karya Buntak Aloi. Patungnya mengepak-kepakkan
sayapnya dan terbang sampai kedepan pintu bilik Kumang. Patung itu dipenuhi
oleh motif ukiran yang belum pernah dilihat orang selama ini. Dalam hal
kerumitan dan keindahan, ukiran-ukiran itu jauh melebihi imajinasi mereka.
Beberapa orang mencoba untuk menangkap patung itu, karena mengira itu adalah
burung-burung enggang sungguhan. Kumang dan Lulong amat sangat gembira. Ketika
akhirnya tiba giliran Gelayan untuk membuka selubung karya ukirannya, yang
terlihat adalah patung yang jelek, tidak seperti apa yang telah dia lihat
sebelumnya.
Para penghuni Gelong
Batu Nakong, Nyengit Nyengong Batu Begalang tercengang. Sebagian mulai
berpikir kalau Buntak Aloi dan Buntak Rusa bukanlah manusia biasa. Menyadari
situasi ini, Buntak Aloi dan Buntak Rusa kemudian membuka topeng penyamaran
yang selama ini membuat rupa mereka tampak tua dan jelek. Seketika itu juga
mereka berubah menjadi pemuda-pemuda yang tampan dan berwibawa. Barulah setelah
itu penduduk Gelong Batu Nakong, Nyengit
Nyengong Batu Begalang, menyadari bahwa ‘orang tua asing‘ yang ada didepan
mereka sesungguhnya adalah Keling dan Laja, dua orang pemuda yang terkenal yang
berasal dari Panggau Libau. Segera setelah festifal selesai, Keling mengawini
Kumang dan Laja mengawini Lulong.
Dari Legenda ini diyakini bahwa, beberapa
motif desain atau ukiran-ukiran Iban, terutama motif dan ukiran Kenyalang,
adalah benar-benar berasal dari dewa-dewa yang bertempat tinggal di Kayangan
ata di Panggau Libau dan Gelong Batu Nakong, Nyengit Nyengong Batu
Begalang.
Berdasarkan pengetahuan Sabar seorang Lemambang yaitu ahli nimang
senior sebagimana dituturkan oleh Stefanus
Jenang, bahwa menurut kepercayaan orang Iban, bahwa pada mulanya seseorang
Gawa Kenyalang, adalah atas perintah Dewa yaitu manusia dari Kahayangan yang
dikenal dengan nama Sengalang Burung, yang dapat menjelama menjadi burung,
yaitu seekor burung elang si raja burung, yang berdiam di menua tujung, sandong bersinjang, lebak entak klekuyang, yang
beristrikan Dara Entaba Malon, Kupak
Cendai, Lawai Patang Jirak.
Tetapi Sengalang Burung adalah orang yang
paling sibuk mengurusuri, menjaga dan mengatur seluruh hal ihwal makhluk di
langit dan di bumi atau di alam gaib dan di alam semesta, sehingga dia sendiri
tidak pernah ingat bahwa dia ada atau pernah memerintahkan seseorang untuk gawa
kenyalang.
Makanya ketika terjadi angin ribut yang
menerpa dan menggoncang rumahnya dia menjadi terkejut dan bersungut-sungut
“kenapa hujan dan angin ribut tidak berhenti-henti ?’ Sehingga ia marah-marah
kepada istri serta kepada seluruh warga Kahayangan.
Bahkan tidak jarang membuat sang istri
berputus asa meminta cerai kepada Sengalang Burung, namun demikin sang istri
masih berpuya menahan diri dan berkata : “oh nati saya lihat dulu kata istrinya
yang kemudian berdiri diatas tom indo
benda burit jumpit sejengkal tarik,
kumpang bela belang irih ai enda nitik (terpong), sehingga terlihatlah bahwa
ada kegiatan anak manusia di bumi bahwa ada pandung,
ada isang (janur) tanda ada orang gawa kenyalang. Jadi mereka itulah yang menabur beras kuning sehingga
terjadi hujan lebat yang disertai angin ribut. Mendengar penjelasan dari sang
istri, barulah Sengalang Burung ingat, bahwa benar dia telah menyuruh anak
mansia di bumi untuk gawa kenyalang.
Lalu bagaimana kita, “kitai angkat me ngabang etang enda tau tubuh puang, bai
perangaruh kembar tunbuh, batu serbak temu, enggau nulong enggau mandong ia
kegawanya. Maka segera sesudah itu lalu Sengalang
Burung “nutong” yaitu membunyikan tawak memanggil anak, menantu dan semua
kaum kerabatnya, seperti anak menantu ia
ketupung dan istrinya cerurai bunsu langgai ketupung labang, beragai,
bejampung, pangkas, embuas mai ngabang,
Segera setelah mendengar kata-kata atau lekah timang dipagi hari, Sengalang
Burung berserta seluruh warga Kahayangan turun dari langi ke bumi ngabang
menghadiri gawa kenyalang dimaksud, sementara warga Kahayangan lain yaitu Keling,
Laja orang dari Panggau yang ngabang duluan,
dipagi hari sebelum Sengalang Burung datang mereka sudah pulang duluan. Karena
mereka sangat hormat dan takut pada Sengalang Burung sebagai penguasa seluruh
dunia dewa-dewa.
C.
Gawa Kenyalang
dalam dunia nyata yang dimulai oleh Benada alias Temenggung Simpe
Atas undangan Keling orang dari panggau libau maka datanglah
Benada yang kemudian lebih dikenal dengan nama Simpe dengan jabatan Temenggung
sebagai kepala adat, kepala suku dan kepala Menua Iban di kawasan Batang Ai ke Kahayangan,
setibanya disana ….
D.
TAHAPAN GAWA
KENYALANG
§
Pada malam hari
memberi makan NISING si roh jahat yang disebut
hantu kepapas dengan pedara piring
tiga
§
Sementara
menunggu hari gawai kenyalang yang sudah punya nama, bagaimana layaknya mansia
dia pun boleh diundang kegawai lain, diataranya gawa sandau hari
§ Menyosong hari jadi,
malam hari rapat dan kenyalang boleh keluar (mupu kenyalang) besoknya
orang berangkat ngamabe ngabang atau
menjemput undangan, dan sementara orang di rumah ngancao bidai atau mengamparkan tikar.
Sebagai
tanda dimulainya acara pedara pada KEDURAN hantu Kepapas, tampak Engga yang
terpilih memimpin acara MUNTANG, sedang membiao atau mengibasi hadirin dengan
ayam agar roh jahat tidak mengganggu dan hadirin tetap dalam keadaan sehat dan
selama dalam mengikuti acara tersebut.
Dengan terlebih dahulu dipasangi buntng selong pada tangan kanan sebagai pengeras semengat, Engga
nampak sedang mempersiapkan pedara
muntang unuk sesajen keapada hantu kepapas disimpan didalam kelingkang
digantung diatas ruai.
Pedara piring lima yang telah diramu Engga sudah siap sebagai
sesajen yang di taruh di dalam kelingkang yang ditaruh tergantung
diruai diatas Kubao Kenyalang.kepada hantu kepapas
Ningkoh
Adalah suatu kegiatan muntang yaitu mengambil kayu
untuk membuat RUAN bahan kenyalang yang
didahului dengan pedara indek piring lima,
dan sebagai kedurannya dimasukkan dalam
upih atau pelepah pinang yang ketika
akan berangkat diindek atau diinjak oleh orang yang punya gawa, agar langkah
mereka dengan mulus menuju tempat dimana pohon pelai yang ditebang.
Tiba dipohon pelai, sebelum menebang pohon dipinta
dulu kepada penguasa alam gaib, yaitu dengan membuat sesajen atau pedara piring tujuh dan ditaruh diatas tersang atau ancak bambu yang
ditancapkan didekat pohon pelai, kemudian dikibasi atau dibiao dengan ayam yang berbuluh merah, yang langsung disembelih
dan kepalanya ditaruh ditersang.
Sebagai
tanda meminta pohon pelai tersebut, secara adat kepada penguasa alam gaib,
yaitu dengan membuat sesajen atau pedara piring
tujuh dan ditaruh diatas tersang
atau ancak bambu yang ditancapkan didekat pohon pelai, kemudian dikibasi atau dibiao dengan ayam yang berbuluh merah,
yang langsung disembelih dan kepalanya ditaruh ditersang.Selanjutnya untuk memulai pekerjaan dilakukan penibakan atau pemotongan pohon pelai
oleh orang gawa kenyalang, setelah itu baru ditebang sampai tumbang, Kebetulan pada saat itu penebangan
pohon pelai tersebut terjadi keajaiban, dimana penebangan pohon pelai yang
lembut tersebut, harus ditebang dengan menggunakan 3 buah chain-saw juga
waktunya lebih dari 3 jam harus dihirup dengan pua kumba yaitu kain tenun ikat
Iban, dan kemudian setelah tumbang, sebelum dikerjakan langsung diselumuti
dengan pua kumbo atau kain tenun
ikat.
Mengerjakan
RUAN hingga selesesai menjadi keyalang
1)
Pelai yang untuk
dibuat kenyalang dibawah pulang, datang dirumah dibuatkan keduran sebagai sesajen, yang ditaruh di dalam piring yang berisi
telur 1 butir, rokok, sirih pinang, nasi, garam, rokok, pulut, tumpi, rendai
dan air tuak, lalu dibuang.
2)
Pedara tanda
mulai menebuk bagian dada dengan piring lima sebagai keduran pertama
3)
Pedara setelah
selesai tangkong atau paruh dengan
piring lima
sebagai keduran kedua
4)
Pada hari ketiga
kenyalang selesai yang terakhir adalah ukiran naga dengan piring dan sebagai ssajen adalh piring lima sebagai keduran ketiga
5)
Baru setelah itu
dia diberi nama…REMAONG TUJUNG BUKIT………………………
PANDUNG
adalah tempat menyimpan pedara sebagai atau perjanjian menerima perintah gawa,
tetapi Sengalang Burung tidak ingat, setelah orang yang gawa nutung, nabor
berau kuning, sehingga nyadi hujan nelian
sekali nata, rebut puput sekali ngua, menghantam rumah Sengalang Burung. Kejadian
tesebut membuat Sengalang Burung sangat gusar, Setelah diingatkan sang istri
baru Sengalang Burung sadar. Bahwa yang menyebabkan angin ribut, adalah beras
kuning yang ditaburkan dan tawak nutung, oleh orang yang gawa Kenyalang pada
waktu NITI DAUN dengan mangkong tawak, menabur beras kenuning sepanjang rumah
dan baru berhenti setelah dating ditempat babi,
NGERANDANG
Adalah
kewajiban bagi orang yang gawa untuk membersihkan jalan Sengalang Burung,
termasuk membersihkan beras kuning yang ditabur, yang menjadi ular, nyadi
gemanyar, nyadi tedong,nyadi remaong. Sehingga acara berlanjut pagi hari,
Sengalang Burung datang ngabang, pandung
rebah, babi di bunuh, lalu ia pulai hari nya mega.
A.
HARI GAWAI
Wanitia penghias yang disebut
penyugu ini sedang memandikan dan
membersihkan babi, kemudian nyugu atau
menyisir bulunya dan mengurapinya dengan ramuan dari tumbuh-tumbuhan agar wangi
Sejumlah wanita miring sedang
mempersiapkan pedara atau sesajen untuk
keduran ditersang ditanju atau dijungkar
Dalam
acara gawai kenyalang pedara piring sembilan sebagai keduran telah disiapkan
sejumlah makanan berupa lemang yang disebut pulut
pansoh, kue tepung ketan yang dibakar disebut tumpi, puprice yaitu rendai
yang terbuat dari beras pulut, telur ayam, kue-kue, garam, nasi dan lauk pauk
serta ilom sirih-pinang, dan rokok.
Sirit yang menjadi penghuluan nduk di tanju sedang membiao
atau mensucikan pedara sebagai keduran yang akan disajikan pada tersang tanju
Gambar 26 petugas Nudok, ada 5 orang dan pimpinan adalah Sirit, yaitu yang
duduk paling ujung kanan. Sirit adalah Panglima Perang Adat, yang didapatnya
secara ex officio dari pangkat Pembantu Letnan Dua/Letda Titutuler, yang
diberikan oleh Brigadir Jenderal Sumadi, Panglima Komando Daerah Milier XII/
Tanjung Pura, kepada masyarakat di daerah Perbatasan Kalbar dan Sarawak ketika
Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia dan penumpasan PGRS/PARAKU. Sirit yang
duduk diujung kanan sedang membiao atau
mensucikan pedara yang telah disiapkan dengan ayam, setelah itu ayam disembelih
dan kepalanya ditaruh dipedara bersamaan dengan sesajen lainnya dan selanjutnya diletakan di dalam piring
batu yang kuno, dan disimpan diatas tersang
yang didirikan ditanjo atau pelataran
rumah panjang dalam keadan terbalut dgn pua kumbo atau kain tenun ikat, sebagai
sesajen kepada orang panggao, Keling Bunga Nuing Gerasi Nading, Laja Bunga Jawa
Tampak Mua.
Sejumlah wanita pemiring
yaitu menyiapkan piring pedara sebagai sesajen
Persiapan pedara sebagai
keduran yang akan sisajikan di padung
Pedara sebagai keduran untuk
sesajen yang disimpan dipadung telah
disiapkan
PANDUNG
adalah tempat menyimpan pedara sebagai sejajen
atau sebagai wujud dari perjanjian bahwa anak mensia anak udah, menerima
perintah gawa Kenyalang, dari Sengalang Burung, tetapi Sengalang Burung sendri tidak
ingat bahwa dia telah memerintahkan orang tadai gawa.Sehingga setelah orang
yang gawa nutung, nabor berau kuning, maka nyadi
hujan nelian sekali nata, rebut puput sekali ngua, menghantam rumah Sengalang
Burung. Kejadian tesebut membuat Sengalang Burung sangat gusar, tetapi
setelah diingatkan oleh sang istri, baru Sengalang Burung sadar. Bahwa yang
menyebabkan angin ribut, adalah beras kuning yang ditaburkan dan tawak nutung,
oleh orang yang gawa Kenyalang pada waktu NITI DAUN dengan mangkong tawak,
menabur beras kenuning sepanjang rumah dan baru berhenti setelah datang
ditempat babi, dan telihat PADUNG berdiri, yang terisi pedara baik yang di
dalam sintong, maupun di dalam
kelingkang, tehias isang, atau janur
palma, sebagai sesajen khusus kepada Sengalang Burung.Sambil menantikan
kedatangan Sengalang Burung ngabang, maka sintong yang berisi pedara disajikan
tertutup dalam padung yang terbungkus dengan pua kumbo atau kain tenun ikat
Iban, dengan harapan bahwa bila Sengalang Burung memberikan hadiah, maka dia dapat
meletakkannya disana.
NGERANDANG
Adalah
kewajiban bagi orang yang gawa untuk membersihkan jalan Sengalang Burung,
termasuk membersihkan beras kuning yang ditabur, yang menjadi ular, nyadi
gemanyar, nyadi tedong,nyadi remaong. Sehingga acara berlanjut pagi hari,
Sengalang Burung datang ngabang, pandung
rebah, babi di bunuh, lalu ia pulai hari nya mega.
B.
MENDIRIKAN KENYALANG
Induk
Kenyalang
Anak
Kenyalang
Sejumlah
orang sedang bergotong royang mendirikan
sandung atau tiang kenyalang yang
disebut TERAS, sementara di bagian depan tampak tangga nanga’ yang dibagi dua,
yaitu bagian kiri adalah tangga roh yang diperuntukan pada nabao atau naga sedangkan bagian kanan adalah tangga pengabang,
karena dikwatirkan akan sakit, maka manusia tidak boleh lewat tangga nabao.
MENDIRIKAN
KENYALANG
Setelah Sengalang Burung datang ngabang, maka sesuai dengan amanahnya, Kenyalang yang sudah diberi
nama dan telah dianggap menjadi manusia, maka dia harus pulang ke Kahayangan, tetapi ketempat Keling
Gerasi Nading, Bujang Berani Kempang, di Menua Panggau melalui TERAS yaitu
tiang SANDONG yang dillit nabao atau
naga dan bayak atau komodo lokal yang
turut mengantar Kenyalang pulang ke menua Panggau. Namun demikian. sekalipun
Kenyalang tersebut sudah pulang ke Kahayangan, manusia dibumi dapat saja
mengundangnya umpamanya pada acara gawa sandauari, karena lebih mudah menanggil
orang Panggau dari pada Sengalang Burung, dengan mendengar letupan rendai
mereka telah berkenan datang.
KETERANGAN
GAMBAR
TGL
8 Mei 98, 1 s.d 5 Keduran pedara hantu kepapas dengan piring 5 dan sesajen
dibuang ditanah
Tgl
9 Mei 98, 6 sd 8, Nebang pelai
Tgl
7 Jnui 98, 11a. dan 11b, Ngukir kenyalang
Tgl
26 Juni 98, gambar 12 kenyalang dikeluarkan dari kubau dibawa mupu yaitu mengarak kenyalang senpajang
rumah betang, sebgai tanda sukacita, maka warga yang dilewati menitip doa
dengan perantaraan hantu atau roh
halus yang menrasuki kenyalang kepada orang panggau agar mereka gayu guruh, lantang senang
Gambar
13 nike ke babi, yaitu suatu acara menaikkan babi kurban ketanju atau pelataran
rumah panjang, babi kurban dipotong
sebagai persembahan kepada penguasa alam gaib yang diam di nirwana yaitu
menua keling bunga nuing, laja bunga jawa, lulong indai mendung dan kumang
indai abang, yang disebut panggau libau, dan untuk meramalkan kondisi atau
keadaan seseorang yang gawa kenyalang
dilakukan
oleh orang yang nudok pegawa, agar mereka tidak diganggu oleh roh jahat, serta
para tamu menanggalkan segala pikiran dan mauksud jahat, dan tetap dalam
keadaan gayu guruh, gerai nyamai, celap lindap, terhidar dari segala mala
petaka selama mengikuti gawai. Sementar pedara atau sesajen tersebut ditaruh
ditersang yang ditancapkan ditanah.
Gambar
15 Nutong yaitu memukul gong untuk memberitahukan atau memanggil orang panggau
ngabang atau menghadir pesta gawai
Gambar
16 ngalu mereka yang pulang ngambil ngabang ke rarong atau kubran khusus yang
dihormati, naik melalui jalur kanan tangga nanga’ dan diatas kepala tangga
seorang yang punya gawa disuruh membuang 1 pring pedara yang sudah siap
Gambar
17 dengan didahului oleh orang yang nudok pengabang naik dari tangga nanga’
lalu dbiao dengan ayam dan dialu-alukan dengan makanan dan minuman oleh
sejumlah muda mudi
Gambar
18 tampak sejmlah remaja ngalu pengabang
Gambar
19 makar babi yang sudah dinaikan ditanjo,
dimandikan dengan ramuan dari tumbuh-tumbuhan alami yang tradisional sepeti temulawa,
pakar (langer), pau’ atau kepanyang, dan bangkit agar babi bersih dan wangi
supaya disenangi oleh orang panggau sehingga dengan demikian bila babi itu
disembelih hatinya akan menjadi
bagus, karena salah satu inti dari gawa kenyalang selain memberi makan roh juga
meramal keadaan atau peralanan hidup orang yang gawa.
Gambar
20 mengias babi persembahan kenyalang, antar lain dengan menyisir (nuguh) oleh
seorang wanita yang dipilih
Gambar
21 mulai pedara ngumpan hantu kepapas yaitu roh jahat
Gambar
22 pedara piring sembialan yang disiapkan untuk kelingkang panggau sementara bagian pedara lain dibuang seperti
Gambar 21
23
sejumlah wanita miring
Kenapa gambar enggak dapat dilihat kecauli 2 gamabr teratas?
BalasHapusBoleh tunjukkan gambar-gambar tersebut untuk tontonan umum?
BalasHapusBoleh sambung cerita di bawah ini?
BalasHapusC. Gawa Kenyalang dalam dunia nyata yang dimulai oleh Benada alias Temenggung Simpe
Atas undangan Keling orang dari panggau libau maka datanglah Benada yang kemudian lebih dikenal dengan nama Simpe dengan jabatan Temenggung sebagai kepala adat, kepala suku dan kepala Menua Iban di kawasan Batang Ai ke Kahayangan, setibanya disana ….
Benedict Sandin dari Saribas di Sarawak kata Sengalang Burong adalah seekor burung helang (Brahminy Kite) dan bukannya burung enggang atau kenyalang (Rhinocerous Hornbill). Dia kata Sengalang burong adalah Tuhan segala burung manakala enggang atau kenyalang adalah raja segala burung di dunia ini. Apa pendapat anda?
BalasHapusGawa kenyalang bukanlah datang dari dunia nyata tetepi sebaliknya gawa Kenyalang adalah berasal dari dunia gaib dari seorang dewa yang dikenal dengan nama Sengalang Burung di dunia Kahayangan. Sementara di dunia nyata Sengalang Burung dikenal sebagai seekor burung jenis burung enggang yang paling besar, yang hidup dan menjadi raja dari segala burung.
"Berdasarkan pengetahuan Sabar seorang Lemambang yaitu ahli nimang senior sebagimana dituturkan oleh Stefanus Jenang, bahwa menurut kepercayaan orang Iban, bahwa pada mulanya seseorang Gawa Kenyalang, adalah atas perintah Dewa yaitu manusia dari Kahayangan yang dikenal dengan nama Sengalang Burung, yang dapat menjelama menjadi burung, yaitu seekor burung elang si raja burung, yang berdiam di menua tujung, sandong bersinjang, lebak entak klekuyang, yang beristrikan Dara Entaba Malon, Kupak Cendai, Lawai Patang Jirak."
BalasHapusSaya setuju Sengalang Burong boleh menjelma sebagai seekor burung helang sperti yang dikatakan di atas tetapi Sengalang Burong adalah Tuhan atau dewa segala burung dan bukannya raja segala burung. Enggang atau kenyalang adalah dianggap raja burung oleh orang Iban. Setujukah anda?
" MENDIRIKAN KENYALANG
BalasHapusSetelah Sengalang Burung datang ngabang, maka sesuai dengan amanahnya, Kenyalang yang sudah diberi nama dan telah dianggap menjadi manusia, maka dia harus pulang ke Kahayangan, tetapi ketempat Keling Gerasi Nading, Bujang Berani Kempang, di Menua Panggau melalui TERAS yaitu tiang SANDONG yang dillit nabao atau naga dan bayak atau komodo lokal yang turut mengantar Kenyalang pulang ke menua Panggau. Namun demikian. sekalipun Kenyalang tersebut sudah pulang ke Kahayangan, manusia dibumi dapat saja mengundangnya umpamanya pada acara gawa sandauari, karena lebih mudah menanggil orang Panggau dari pada Sengalang Burung, dengan mendengar letupan rendai mereka telah berkenan datang."
Kenapakah Kenyalang pulang ke Panggau Libau iaitu tempat Keling Ngerasi Nandig?
Kenapakah Kenyalang itu diberi nama dan dianggap menjadi manusia?
Ulih nyambung jerita tu ari "Setibanya di sana...."?
BalasHapusC. Gawa Kenyalang dalam dunia nyata yang dimulai oleh Benada alias Temenggung Simpe
Atas undangan Keling orang dari panggau libau maka datanglah Benada yang kemudian lebih dikenal dengan nama Simpe dengan jabatan Temenggung sebagai kepala adat, kepala suku dan kepala Menua Iban di kawasan Batang Ai ke Kahayangan, setibanya disana ….
Ulih nyambung jerita tu ari "Setibanya di sana...."?
BalasHapusC. Gawa Kenyalang dalam dunia nyata yang dimulai oleh Benada alias Temenggung Simpe
Atas undangan Keling orang dari panggau libau maka datanglah Benada yang kemudian lebih dikenal dengan nama Simpe dengan jabatan Temenggung sebagai kepala adat, kepala suku dan kepala Menua Iban di kawasan Batang Ai ke Kahayangan, setibanya disana ….